News Article :

Catatan Belajar | Tips Dan Trik

Home » » Mitos dibalik Kutukan

Mitos dibalik Kutukan

Kisah mengenai firaun, mumi, dan piramida seakan selalu diselimuti oleh misteri. Salah satu yang paling menarik adalah misteri yang menyelubungi kehidupan dan kematian Firaun Tutankhamen. Lebih dari 3.300 tahun setelah kematiannya, masih belum terjawab sepenuhnya perihal penyebab kematian firaun yang perkasa ini. Kisah Tutankhamen juga diselimuti dengan legenda mengenai kutukan yang populer di seantero jagad. Siapa Tutankhamen? Tutankhamen hidup lebih dari 3.300 tahun yang lalu selama periode yang dikenal sebagai Kerajaan Baru. Pada masa itu, kultus penyembahan dewa Amun sedang populer di seluruh Mesir kuno. Semua itu berubah pada masa pemerintahan Amenhotep IV ketika dia menghapuskan sistem kependetaan Amun. Amenhotep membentuk tatanan baru untuk menyembah dewa matahari Aten dan mengubah namanya sendiri menjadi Akhenaten, yang berarti “hamba Aten.” Pada situasi itulah Akhenaten dan istrinya Kiya membesarkan anak mereka, Tutankhaten. Tutankhaten menghabiskan sebagian besar tahun-tahun awal kehidupannya untuk belajar banyak keterampilan, termasuk membaca dan menulis. Setelah kematian Akhenaten, Tutankhaten menjadi raja muda pada usia sembilan tahun. Dia menikah dengan salah satu saudari tirinya. Segera setelah memerintah namanya diubah menjadi Tutankhamen yang menunjukkan kembali hidupnya penyembahan terhadap Amun. Pada masa pemerintahannya, kuil-kuil Amun dipulihkan kembali. Setelah sembilan tahun memerintah atau pada tahun 1327 SM, Tutankhamen meninggal secara misterius. Kemungkinan bahwa sang firaun tidak meninggal karena penyebab alami diangkat sekitar 3 dekade yang lalu ketika dilakukan analisis sinar-X mumi Tutankhamen oleh departemen anatomi University of Liverpool. Hasil pemindaian menunjukkan Tutankhamen mungkin meninggal akibat pukulan keras ke bagian belakang kepalanya Perkiraan ini dikuatkan dengan kecurigaan bahwa tokoh-tokoh seperti Aye (wazir Tutankhamen), Horernhab (perwira tentara), Ankhespaton (istri Tutankhamen), dan Tutu (pejabat pengadilan) terlibat dalam kematian Tutankhamen.. Setelah kematian Tutankhamen, Aye naik tahta dan menikahi istri Tutankhamen. Horernhab kemudian menjadi raja setelah Aye meninggal. Ada rumor bahwa prasasti yang ditemukan di makam Tutankhamen memberikan petunjuk bahwa Tutu adalah yang menjadi pembunuh. Tutu memiliki reputasi sebagai pembuat onar dan bahkan dianggap terlibat dalam pembunuhan ayah Tutankhamen, Akhenaten. Setelah kematian Tutankhamen, upacara penguburan rumit dilangsungkan selama 70 hari. Kutukan Tutankhamen Kisah kutukan Tutankhamen mulai muncul tahun 1922 ketika Egyptologist Inggris, Howard Carter, menggali makam. Penggalian ini didanai oleh Lord Carnarvon. Pada 5 April 1923, tujuh minggu setelah pembukaan makam Tutankhamen, Lord Carnarvon meninggal. Spekulasi lantas mulai merebak tentang kemungkinan adanya kutukan Tutankhamen yang berlaku bagi siapa saja yang berani memasuki makamnya. Lampu-lampu di Kairo dikatakan padam pada saat kematian Lord Carnarvon. Anjing Lord Carnarvon yang bernama Susie diyakini melolong dan mati pada saat yang sama. Lima bulan setelah Carnarvon meninggal, adiknya mati mendadak. Selain itu, burung kenari peliharaan Howard Carter dimakan oleh ular kobra. Arthur Conan Doyle, pencipta Sherlock Holmes lantas berspekulasi bahwa kematian Carnarvon mungkin diakibatkan oleh “kutukan firaun”. Namun spekulasi ini tidak pernah mendapatkan dasar yang kuat. Howard Carter, penemu makam, baru meninggal 17 tahun setelah pertama kali memasuki makam. Putri Lord Carnarvon, salah satu yang pertama kali memasuki makam, meninggal pada tahun 1980 pada usia sekitar 79. Harry Burton, fotografer resmi untuk Howard Carter meninggal pada tahun 1940. Dr D.E. Derry yang melakukan otopsi pada mumi Tutankhamen baru meninggal hampir 50 tahun setelah penemuan makam

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2014 Catatan Belajar | Tips Dan Trik - All Rights Reserved
Blog creatif By : Wildan Taupiq | Proudly powered by : Blogger